A. Zainal Mutaqin

Beranda » Biografi Tokoh » Hikmah Dibalik Kekalahan Adam Melawan Propaganda Iblis (Bagian 1)

Hikmah Dibalik Kekalahan Adam Melawan Propaganda Iblis (Bagian 1)

Statistik Blog

  • 208.305 Kunjungan

Arsip

Landasan

Allah -subhanahu wa ta'ala berfirman-, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (Q.S. Fushshilat: 33)
____________________________

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Barang siapa mengajak kepada suatu kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun pahala-pahala mereka. Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka ia akan mendapat dosa seperti orang yang mengikutinya, dengan tidak mengurangi sedikitpun dosa-dosa mereka." (H.R. Muslim)
____________________________

Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali -rahimahullah- berkata, "Seandainya tidak boleh memberi nasehat kecuali seseorang yang terjaga (ma'shum) dari kekurangan, niscaya tidak akan ada seorang pun yang menasehati orang lain selain Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam-, karena tidak ada yang ma'shum kecuali Beliau." (Kitab Lathaiful Ma'arif, hal. 19)
____________________________

"Satu video dapat mewakili ribuan foto, satu foto dapat mewakili ribuan kata, satu kata dapat mewakili ribuan video. Tidak ada yang dapat mengalahkan kata-kata, terlebih ia adalah perkataan yang baik." (A. Zainal Mutaqin, Februari 2017)

Oleh: A. Zainal Mutaqin

INILAH kisah yang agung. Tertulis pada lembaran-lembaran pertama kitab terbaik sepanjang masa. Kisah seorang manusia yang harus hidup menderita karena melanggar larangan Tuhan-nya, padahal dahulu Ia hidup bahagia di surga yang penuh dengan kenikmatan.

Kisah ini akan terus diulang oleh anak cucunya hingga hari kiamat. Tiada yang berubah dari isi cerita, hanyalah alur, latar dan penokohan saja yang berbeda. Peristiwa-peristiwa yang terjadi sepanjang hidupnya akan mengilhami milyaran kisah perjalanan umat manusia di kemudian hari.

Benarlah apa yang dikatakan seorang bijak, “Tiada kisah yang baru di dunia ini, Tiada satupun kejadian di kolong langit ini, melainkan dahulu sudah pernah terjadi.”

###

Alkisah, setelah Adam -‘alaihissalam– diciptakan dalam rupa yang sebaik-baiknya, maka diajarkanlah tentang nama-nama ciptaan-Nya sehingga Ia mengetahui banyak hal.

Kemudian Allah –subhanahu wa ta’ala– memerintahkan kepada para Malaikat dan Jin untuk bersujud kepada Adam –‘alaihissalam-. Sebagai pengukuhan bahwa Ia benar-benar mahluk-Nya yang sangat mulia. Tidak hanya paling baik rupanya tetapi juga paling tinggi ilmunya diantara mahluk-mahluk-Nya yang lain.

Nikmat-nikmat yang diberikan kepada Adam –‘alaihissalam– tidak berhenti sampai disitu. Ia pun dianugerahi seorang teman bernama Hawa yang dibuat dari tulang rusuknya yang paling atas. Agar hatinya menjadi lebih tentram dan bahagia.

Kemudian nikmat pamungkas yang Allah –subhanahu wa ta’ala– berikan kepada Adam –‘alaihissalam– adalah dipersilahkannya masuk ke dalam surga yang penuh dengan keindahan bersama istrinya. Menikmati segala yang ada di surga berupa makanan, minuman, udara segar dan pemandangan yang teramat indah yang dapat diraih tanpa harus bersusah payah.

###

Setelah semuanya dirasa sempurna dan tidak kurang sesuatu apapun, Allah –subhanahu wa ta’ala–  pun ingin menguji Adam -‘alaihissalam– apakah ia bersyukur atas apa yang telah diberikan kepadanya.

Ujian itu berupa sebuah pohon yang ada di antara jutaan pohon yang ada di surga. Adam –‘alaihissalam– dilarang untuk mendekati pohon tersebut apalagi memakan buahnya.

Adam -‘alaihissalam– pun diberi peringatan agar berhati-hati dengan mahluk yang bernama Iblis. Ia akan melakukan segala cara untuk menjerumuskannya. Sebab Adam –‘alaihissalam– lah ia dilaknat oleh Allah –subhanahu wa ta’ala– dan diusir dari surga yang penuh dengan kenikmatan dan kemuliaan.

Setelah itu, berlalulah masa yang sangat panjang. Hari-hari pun silih berganti hingga muncul-lah sifat dasar Adam -‘alaihissalam– sebagai manusia, yaitu lupa akan apa yang dikatakan Tuhan-Nya.

Sikap mawas dirinya terhadap Iblis semakin hari semakin berkurang. Adam -‘alaihissalam– tidak lagi memandang Iblis sebagai musuh yang nyata. Usaha Iblis pun kian hari kian menemukan titik terang.

Semakin semangatlah Iblis merayu Adam –‘alaihissalam– dan istrinya agar mau mendekat kepada pohon itu lalu memakan apa yang ada di dalamnya. Berbagai manuver dilancarkan oleh sang Iblis. Mulai dari propaganda bahwa Allah –subhanahu wa ta’ala–  tidak menginginkan Adam –‘alaihissalam– kekal di surga makanya dilarang mendekati pohon tersebut. hingga ditiupkan rasa was-was kepada Adam –‘alaihissalam– bahwa suatu saat Ia akan dikeluarkan dari surga bersama istrinya jika tidak mau mendekati dan memakan buah pohon itu. Benar-benar sebuah perangkap yang sempurna.

Setali tiga uang, semua kondisi saling mendukung satu sama lain. Mulai dari kuatnya usaha Iblis mengelabui Adam –‘alaihissalam-, kealpaan-nya untuk memohon pertolongan kepada Allah –subhanahu wa ta’ala– dalam menghadapi gangguan Iblis, kecintaan yang begitu besar kepada istrinya, hingga rasa penasaran yang mucul dari dalam jiwanya seakan menjadi satu kesatuan yang menyebabkan terjadilah sebuah huru-hara di surga. Kezaliman yang sangat besar hingga menyebabkan turunnya murka Allah –subhanahu wa ta’ala– kepada Adam –‘alaihissalam– dan Istrinya.

###

Adam –‘alaihissalam– benar-benar telah melampaui batas. Seluruh kenikmatan surgawi yang pernah diberikan tak mampu menahan dirinya untuk tidak melanggar larangan Allah –subhanahu wa ta’ala-. Adam –‘alaihissalam– tidak memiliki kesungguhan yang kuat untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah –subhanahu wa ta’ala– dan mencintai-Nya di atas yang lain.

Akhirnya, Adam –‘alaihissalam– beserta istrinya diusir dengan penuh kehinaan dari surga menuju bumi dalam keadaan terbuka auratnya (telanjang). Ia menyesal dengan penyesalan yang tak terperikan.

Namun kepedihan tidak berhenti sampai di situ. Adam –‘alaihissalam– dipisahkan dari istri yang sangat ia cintai. Tinggal di bumi seorang diri tanpa ada teman apalagi pelayan-pelayan seperti di surga.

Dahulu ketika di surga Adam –‘alaihissalam– tinggal dengan penuh kenyamanan, keamanan, keindahan dan kemudahan-kemudahan. Namun sekarang, suhu udara di bumi sering tidak bersahabat dengan dirinya. Belum lagi keberadaan binatang-binatang buas yang terus mengancam keselamatan jiwanya.

Untuk bisa makan, Adam –‘alaihissalam– harus mengambil sendiri dengan susah payah buah-buahan yang ada di pohon yang tinggi. Atau ia harus lebih dahulu menggali tanah, menanam benih-benih pepohonan sambil disengat oleh panasnya matahari dan perut yang sangat lapar.

Ia pun harus memutar otak bagaimana caranya agar tubuhnya terlindung dari panasnya siang dan dinginnya malam. Terlindung dari air hujan yang mengguyur dan badai angin yang kerap terjadi di muka bumi.

Semua itu ia pikirkan sendiri dan semua itu ia kerjakan sendiri, tanpa teman yang dapat meringankan dan melipur duka lara hatinya. Kesengsaraan di atas kepedihan, kesusahan berbalut kesedihan. Penyesalan kian hari kian mendalam seiring berbagai macam kesulitan hidup di bumi yang datang silih berganti.

BERSAMBUNG ke [Hikmah Dibalik Kekalahan Adam Melawan Propaganda Iblis (Bagian 2 – Habis)]


1 Komentar

  1. […] Hikmah Dibalik Kekalahan Adam Melawan Propaganda Iblis (Bagian 1) 18 Maret 2017 […]

    Suka

Tinggalkan komentar

KONTAK

PIN BBM: 573c34be Phone/Sms/WA/Line: 0858 8037 3717

Kanal Youtube

Sosial Media

- My Instagram

Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

– Follow Me

Pariwara

– CV. Vittory IT Solusindo

– Yayasan Sophia Al-Muttaqi

Chat Room